![]() |
ANGGOTA CALON ARANG SEUSAI TAMPIL :) |
ini adalah asli hasil dari karya saya :)
namun saya terinspirasi dari cerita-cerita rakyat yang banyak beredar yang beragam modelnya :)
kemudian saya membuatnya dalam sebuah naskah dan juga menyesuaikannya dengan jumlah anggota saya :)
awal masuk SMA saya masuk dalam salah satu organisasi teater di SMAN 2 Mataram yang bernama SBP (Sanggar Budaya Pelangi). saya belajar tentang teater dari organisasi ini :)
teater itu seru, asik dan menantang :)
penampilan perdana saya dengan naskah Kapal-Kapalan (naskahnya sih dari senior sy :D)
di kelas 3 SMA pelajaran kesenian saya adalah drama :)
dalam pengambilan nilai MID semester saya menggunakan naskah saya yg berjudul CALON ARANG!
bisa dibilang saya serakah banget dalam hal ini,
udah buat naskah, jadi sutradaranya dan jadi pemeran utamanya pula !!!
gillaa capek ternyata :D
tapi tidak sia2 loo temen2, dengan drama ini saya dapet nilai memuaskan beserta anggota2 saya :)
semangat xii ipa6 smanda '12!!!
![]() |
NYOBAIN KOSTUM :) |
![]() |
SAAT KAMI SEDANG ISTIRAHAT DI TENGAH LATIHAN :) |
![]() |
GILA DULU SEBELUM TAMPIL :D |
![]() |
WANITA NARSIS :D |
![]() |
NAH INI NII CALON ARANG DAN ANAK BUAH :P |
![]() |
PLAAK! CALON ARANG :D |
![]() |
KEBERSAMAAN KAMI HEP!! |
INI NII NASKAHNYA :)
CALON ARANG
Dahulu kala di Kerajaan
Kediri, pada masa pemerintahan Airlangga di desa Girah, Ada sebuah perguruan
Ilmu Hitam yaitu Ilmu pengeleakan yang di dipimpin oleh seorang janda yang
bernama Dayu Datu yang di beri julukan Ibu Calon Arang. Ilmu hitam yang
dimiliki ini adalah ilmu Leak yang dapat menyebabkan manusia mati secara
perlahan dan dapat menimbulkan penderitaan yang hebat dan berkepanjangan.
Ibu Calon Arang memiliki seorang putri kandung yang
bernama Diah Ratna Manggali. Karena usia putrinya telah cukup untuk menikah. Bermaksudlah
Ibu Calon Arang mencarikan pendamping hidup untuk putrinya.
Kisah ceritanya adalah
sebagai berikut.
Calon Arang : “Putriku, kau telah beranjak
dewasa. Tidakkah kau menginginkan
seseorang untuk mendampingi hidupmu?”
seseorang untuk mendampingi hidupmu?”
Ratna
Manggali : “Tetapi ibu, tidak
ada satu pemudapun yang ingin melamarku. Akupun ingin memiliki seorang
pendamping untuk mengayomiku”
Calon
Arang : “Kau tak usah
bersedih putriku, ibu akan segera menyuruh sisya ibu
untuk mengadakan sayembara”
Ratna Manggali : “Tetapi ibu?? Bagaimana jika tetap
tidak ada seorang pemuda yang meminangku?”
Calon Arang : “(terdiam) tenanglah!! Ibu yang
akan mengurus semua!!”
Ratna Maggali : “Baiklah ibu”
Calon
Arang : “Sisyaku... Aku
ingin kalian mengadakan sayembara untuk mencari pendamping hidup putriku, Diah
Ratna Manggali”
Sisya : “Baik guru, segera
kami laksanakan”
Beberapa hari kemudian.
Nyi
Larung : “Maafkan kami
guru. Hingga saat ini tak ada seorang pemudapun yang datang untuk melamar tuan
putri”
Calon
Arang : “APAA!! Bagaimana
semua ini bisa terjadi?! Mustahil jika tak ada yang tertarik dengan putriku”
Nyi
Lendi : “Ampun guru,
dari berita yang kami dengar putri Diah Ratna Manggali diduga bisa ngeleak,
lantaran pada hukum keturunan yaitu apabila ibunya bisa ngeleak maka anaknya
pun mewarisi ilmu leak itu”
Calon
Arang : (Marah, pandangan
matanya berubah seolah-olah menahan panas hatinya yang membara).
“Aku tak
ingin putriku menjadi perawan tua, dan aku pasti tak akan memiliki keturunan,
dan aku tak bisa pula menggendong seorang cucu. Siapa yang telah berani
menyebar fitnah untuk putriku”
Nyi
Lenda : “Ampun guru,,,
kami tidak mengetahui siapa yang telah berani memfitnah putri Diah Ratna Manggali”
Calon
Arang : “Penghinaan ini
bagaikan air kencing dan kotoran ke wajah dan kepalaku!!! Aku akan membalas
semua ini, rakyat Kediri akan hancur lebur, dan luluh lantah dalam sekejap.
Semua orang akan mati mendadak!!! Semuanya akan menanggung akibat dari fitnah
dan penghinaan ini. Kalau tidak tercapai apa yang aku katakan ini, maka lebih
baik aku mati, percuma aku menjadi manusia! Hati ini tidak akan merasa tentram
jika aku tidak membalas dendam”
Nyi
Sedaksa : “Kalau demikian
niat guru, bagaimanakah kita bisa
melakukan hal tersebut?”
Calon
Arang : “Ketahuilah, jangan
terlalu khawatir akan segala kemampuanku, aku ibu Calon Arang, bukanlah orang
sembarangan dan murahan. Kalau tidak yakin dengan diri, maka aku tidak akan
sesumbar begitu. Biar mereka merasakan akibat dari segala perbuatan yang telah
mereka lakukan terhadap anakku”
Sisya : “Baik guru”
Calon
Arang : “Kalian berempat
aku tugaskan untuk mengumpulkan semua murid-muridku. Tunggu hingga tengah malam
tiba, aku akan menurunkan segala ilmu pengeleakanku kepada kalian semua, karena
hari masih terang dan sore, sebaiknya kalian semua melakukan pekerjaan seperti
biasanya. Aku akan mempersiapkan segala sesuatunya. Nanti malam kita akan
berkumpul lagi untuk membicarakan masalah ini, kita akan membuat Kerajaan
Kediri gerubug berupa serangan wabah penyakit dan mematikan”
Sisya : “Baik guru”
Gerubug
di Kerajaan Kidiri.
(Rakyat-rakyat
sedang melakukan kesibukannya masing-masing)
Rakyat
1 : “Cepatlah, hari
semakin gelap, hari ini adalah hari Kanjeng Kliwon, hari yang sangat keramat”
Rakyat
2 : “Iya benar,,
Sebaiknya kita lekas pulang dan mengunci seluruh pintu”
Rakyat
3 : “Jangan lupa
ternak-ternaknya dikurung, sebab sangat
berbahaya jika hewan ternak dibiarkan berkliaran malam ini”
Para
penduduk pun tak ada yang berani keluar sampai larut malam. Ketika penduduk
Kediri tertidur lelap di tengah malam, ketika itulah para murid atau sisya Ibu
Calon Arang yang sudah menjadi leak datang ke Desa-desa wilayah pesisir
Kerajaaan Kediri.
Nyi
Sedaksa : “Seperti yang
telah diperintahkan oleh guru, kita harus segera menyebarkan wabah penyakit di
Desa Kediri ini”
Para
Leak : “Baiklah..
Hahahahahaha (tertawa seram)”
Para
leak pun berpesta pora menyebarkan wabah penyakit itu. Ketika hari menjelang
pagi, para leak harus segera bergegas pergi.
Nyi
Lendi : “Wahai para
leak,,, seperti hukumnya sebagai leak, waktu kita hanya di malam hari, apabila
kita melanggar. Celakalah kita!!! Segera kembali ke tempat semula dan pulang
kerumah ”
Keesokan
harinya setelah leak-leak menyebarkan wabah penyakit.
Rakyat
4 : “Ada apa ini???
Tubuhku menjadi gatal semua”
Rakyat
5 : “Ya Tuhan... Ada
apa dengan desa kami?”
Rakyat
6 : “Aku tidak
sanggup menahan rasa sakit ini... Aaaaaaaahhh!!!
Rakyat
7 :
“Tolooooongggg..toloooong!! sakiiiitt..saaaakiiiit”
Rakyat 8 : “Kutukan siapakah
ini!!!!!!”
Rakyat 7 : “Apa salah kami
mendapatkan kutukan seperti ini”
Rakyat-rakyat : “Tolong!!! Hentikan kutukan
ini!!!”
Para
penduduk melakukan perjalanan ke Kerajaan Kediri untuk melaporkan kepada Raja
Kediri atas wabah penyakit yang telah terjadi di desa Girah.
Si
Pemabuk : (Berjalan
sempoyongan dengan mata merah dan bicaranya ngawur) “Mana leak Calon Arang yang
telah memakan anakku, akan aku santap bola matanya mentah-mentah” (
muntah-muntah kemudia mati)
Rakyat
8 : “ternyata pemuda
ini yang telah menjadi biang keladi dari musibah ini. Dia telah memfitnah
anaknya Calon Arang, Diah Ratna Manggali”
Rakyat
2 : “Jangan-jangan
hal itu yang menjadi penyebab dari penyakit gerubug yang melanda desa-desa
pesisir wilayah Kediri sekarang ini”
Rakyat
3 : “Waahhh...
mungkin karena Calon Arang merasa tersinggung yang menyebabkan wabah penyakit
ini”
Rakyat
4 : “Mungkin saja ia
akan membalas dendam sesuai dengan kemampuannya”
Rakyat
7 : “Apalagi Calon
Arang adalah orang yang sangat sakti dan memilki murid yang sangat banyak,
sehingga ia ingin menghancurkan desa-dessa di kerajaan Kediri dengan menyebar
penyakit gerubug ini”
Rakyat
6 : “Baiklah,, segera
kita percepat langkah menuju Kerajaan Kediri untuk melaporkan kepada Raja
Airlangga”
Di
Kerajaan Kediri
Rakyat
1 : “Ampun baginda,
ada berita buruk yang ingin kami sampaikan”
Raja
Airlangga : “Ada berita buruk
apa yang ingin kalian sampaikan?”
Rakyat
1 : “Di desa kami
telah terkena wabah penyakit Gerubug. Hampir seluruh rakyat telah meninggal.
Kami meminta kepada baginda untuk segera mengatasi masalah ini”
Raja : “Kalau begitu
keadaannya, penyebar Gerubug di desa tidak lain dan tidak bukan adalah ibu
Calon Arang. Aku tidak akan meninjau ke desa lagi, tetapi aku akan segera
berup0aya menyelesaikan masalah ini dan menghadapi Calon Arang yang sakti itu”
Rakyat
5 : “Baik baginda...
sebagai penduduk kami mempercayaimu sebagai raja kami”
Raja : “pengerusakan dan
penyebaran penyakit ini adalah tantangan langsung bagiku sebagai penguasa di
Kerajaan Kediri ini. Aku akan menghadapi bagaimanapun saktinya Calon Arang. Calon
Arang sangat berani kepadaku dan sangat besar dosanya karena telah membunuh
banyak rakyatku yang tidak berdosa. Kembalilah ke desa dan beritahukan kepada
seluruh penduduk agar bersabar dan selalu memuja kebesaran Tuhan, berikan
penerangan di sudur-sudut desa”
Rakyat-rakyat : “Baik baginda, kami akan kembali
ke desa dan segera akan kami laksanakan”
Raja
hanya bisa diam dengan pandangan kosong.
Ratu :”tenanglah kakanda,
berfikirlah dengan tenang dan bijaksana”
Raja :”apa yang harus
aku perbuat untuk rakyat-rakyatku adinda???”
Ratu :”kau adalah raja
kakanda, kau pemimpin di desa girah, kau tidak boleh gegabah menghadapinya,
tenanglah.”
Ki
Patih Madri : “Sugre baginda
raja dan baginda ratu”
Raja : “Kemarilah Madri,
mendekat kepadaku. Aku ingin bertukar pikiran kepadamu”
Ki
Patih Madri : “baik baginda
raja”
Ratu :”kalau begitu aku
akan keluar, bicarakanlah masalah ini”
Raja : “aku hari ini
sangat kesal, marah dan bercampur sedih dalam hatiku. Calonarang telah menebar
penyakit gerubug di desa. Banyak rakyatku yang sakit dan meninggal di sana. Ia
ingin menghancurkan Kerajaan Kediri, serta menghancurkan kekuasaanku. Sekarang
karena kebetulan sekali kau datang ke Istana, maka aku ingin mendapatkan
masukan dari engkau mengenai masalah yang menimpa desa ini. Bagaimana caranya
menumpas dan melenyapkan Calonarang beserta murid-muridnya yang telah berbuat
onar tersebut. Sebab kalau tidak ditangani segera, maka rakyat desa Kerajaan
Kediri akan habis, bahkan ia akan merencanakan untuk menghancurkan Kerajaan
Kediri secara keseluruhan”
Ki
Patih Madri :” Mohon ampun
Paduka, tidak patut rasanya hamba sebagai patih yang sangat bodoh memberikan
masukan kehadapan Paduka. Namun atas titah Paduka, maka hamba akan mencoba
untuk ikut turun pendapat mengenai masalah ini”
Raja :”Terima kasih Patih Madri”
Ki Patih Madri :”
Sekarang Paduka jangan terlalu bersedih
dan khawatir. Hamba
akan menjalankan kewajiban sebagai rakyat bersama dengan rakyat Kediri yang
lainnya. Hamba akan mengabdikan jiwa dan raga hamba untuk Kediri. Kita akan
gempur Calonarang, kita hancurkan muridnya, dan kita musnahkan Calonarang”
Raja : ”Kupercayakan padamu Patih Madri”
Ki Patih Madri :”hamba permisi paduka”
Keesokan harinya setelah
pasukan Ki Patih Madri telah menggempur Calon Arang
Rakyat :”Ampun baginda, Ki Patih Madri telah gugur
dalam medan perang melawan Calon Arang. Pasukan kami telah kalah”
Raja :” Harus
kalian ingat mengenai kewajiban dalam pertempuran. Apabila mati
dalam peperangan, maka darah yang mengalir muncrat akan menghapus segala dosamu.
Itulah yang hendaknya diingat dan dijadikan pedoman. Semuanya itu adalah
merupakan sebuah pengorbanan yang suci”
Rakyat :” baiklah tuanku,
sangat senang hamba mendegar pesan tersebut. Sekarang kami sadar dan yakin akan
diri. Hamba akan membela mati-matian dan menyambung nyawa menghadapi Calonarang
beserta dengan murid-muridnya”
Raja :” Baiklah kalau
begitu, Aku sebagai Raja Kediri sangat menghargai kesetiaamu. Kalau begitu
panggilkan aku Empu Bharadah dan tugaskan ia untuk mengatasi gerubug dari ulah
onar si Ratu Leak Calon Arang”
Beberapa
saat kemudian
Empu
Bharadah :”Sugre baginda, hamba
sudah mendengar masalah yang telah terjadi. Terus terang aku tidak sanggup
untuk mengalahkan Calon Arang, karena ia memiliki kekuatan yang sangat luar
biasa”
Raja :”Lalu apa rencana
kau dalam masalah ini”
Empu
Bharadah :”Begini saja baginda,
akan aku tugaskan anakku Empu Bahula untuk meminang Diah Ratna Manggali putri
Ibu Calon Arang agar ia bisa mencuri rahasia ilmu pengleakan Calon Arang”
Raja :”Sepertinya hanya itu jalan satu-satunya
untuk mengetahui rahasia kesaktian Calon Arang”
Empu Bharadah :”Anakku, bersediakah kau meminang
putri dari Ibu Calon Arang??”
Empu Bahula :”Baiklah ayahanda, demi
keselamatan desa Girah dan Kerajaan Kediri aku bersedia untuk meminang putri
Diah Ratna Manggali”
Raja :”terimakasih Empu Bahula”
Empu Bahula :”Sudah sepatutnya aku membantu
baginda”
Di kediaman Calon Arang
Nyi Larung :”Ampun guru, ada yang ingin
bertemu dengan guru”
Calon arang :”Siapa yang telah lancang
ingin bertemu denganku??”
Empu Bharadah :”Aku Calon Arang”
Calon Arang :”Apa yang kau inginkan?? Apa
kau ingin menantangku??”
Empu Bharadah :”Tidak, kami tidak ada niat buruk
terhadapmu Calon Arang. Maksud kedatangan kami adalah anakku Empu Bahula ingin
meminang putri Diah Ratna Manggali”
Calon Arang :”Apa aku tidak salah dengar??”
Empu Bahula :”Tidak Nyai, aku sungguh ingin
meminang putri Diah Ratna Manggali”
Calon Arang :”Baiklah, akan aku panggilkan
putriku. Ratna manggali?? Kemarilah”
Ratna Manggali :”Ada apa Ibu memanggilku??”
Calon Arang :”Pemuda ini ingin meminangmu”
Ratna Manggali :”Benarkah??”
Empu Bahula :”Benar
putri, aku sungguh ingin meminangmu menjadi istriku”
Calon Arang :”Apakah
kau bersedia menerima pinangan pemuda ini?”
Ratna Manggali :”Aku bersedia ibu”
Calon Arang :”Baiklah(ahahahahahahhaha). Aku
akan mengadakan pesta pernikahan yang sangat megah”
Empu Bahula :”Tetapi Nyai, aku ingin wabah
penyakit di desa ini dihentikan. Karena aku ingin dihari pesta pernikahanku
semua rakyat menghadiri dan merasakan kebahagiaan kami. Dan aku tidak ingin
bencana ini merusak hari bahagiaku”
Calon Arang :”Tenanglah, itu hal kecil
bagiku(hhahhahahhahah)”
Acara pernikahan yang sangat
megah
Empu Bahula :”Dinda, aku sangat kagum kepada
ibumu, apa yang telah membuat ibumu begitu sakti sehingga tiada seorangpun yang
dapat mengalahkannya?”
Ratna Manggali :”Sebenarnya ia memiliki lontar yang
dibacanya setiap hari. Lontar itu yang membuatnya sangat sakti, sehingga
kapanpun ia menghendaki bencana maka terjadilah”
Empu Bahula :”sungguh hebat ibumu, apa dinda
tau dimana beliau biasa menyimpan lontarnya”
Ratna Manggali :”Mengapa kanda begitu ingin
mengetahuinya?”
Empu Bahula :”Perlu kau ketahui dinda, beliau
lah yang telah membuat bencana d desa Girah. Tegakah kau melihatnya?”
Ratna Manggali :”Tentu tidak kanda, aku sungguh
tidak tahu dimana ibu menyimpan lontarnya”
Empu Bahula :”Kanda mohon dinda, beritahu
kanda jika kau memang mencintai kanda”
Ratna Manggali :”tapi kanda??”
Empu Bahula :”Aku mohon dinda, kau bisa
mempercayaiku”
Ratna Manggali :”Sebenarnya lontar itu biasa di
letakkan ibu di bawah bantalnya”
Empu Bharadah :”Terimakasih dinda kau telah
memberitahukan aku. Sudah larut, sebaiknya kita segera tidur”
Ratna Manggali :”Baik kanda”
Empu Bahula telah berhasil mendapatkan lontar tersebut.
Empu Bahula :”Akhirnya aku mendapatkan lontar
ini, aku akan segera memberikannya kepada ayahanda”
Di kediaman Ibu Calon Arang
Calon Arang :”siapa
yang telah berani mencuri lontarku!!!”
Nyi Lenda :”Ampun guru, Empu Bahula
telah menghilang, sepertinya ia yg telah berani mencuri lontar guru”
Calon Arang :”Beraninya kau menjebakku
Bharadah !!!”
Nyi Lendi :”Guru, Pasukan Bharadah dan
Kerajaan Kediri sedang menuju ke sini, mereka semua ingin menantang guru”
Calon Arang :(membaca mantra dan kerasukan)
”Para sisyaku semuanya, permohonan kita
kehadapan Bhatari Durga
telah terkabulkan dan telah mencapai puncaknya. Kesaktian telah kita bangkitkan
semuanya, dan telah merasuk ke dalam jiwa dan raga. Kini saatnya kita bertarung
menghadapi Empu Bharadah dan Balayuda Kediri. Kita akan pertahankan harga diri
kita. Mampuskan semua orang-orang Kediri yang datang ke sini menyerang”(tertawa
ngakak yang menakutkan)
Empu
Bharadah :(membaca mantara sambil
memegang kris)
Calon
Arang :”Hai kau Empu
Bharadah!!! Beraninya kau mencuri Buku Lontarku!!!”
Empu
Bharadah :”Maaf kami lancang,
namun lontar ini harus dimusnahkan sebelum bencana lain bermunculan”
Calon
Arang :”Biadab kau Bharadah
!!!!”
Pertempuran
antara Leak dan pasukan Kerajaan Kediri dimulai. Hingga hampir pagi dan
kekuatan Calon Arang menghilang dan ia berubah wujud menjadi seekor burung
garuda.
Empu
Bharadah :” Hai kau Calon Arang
pengecut, di mana gerangan engkau bersembunyi. Sudah berwujud apa engkau
sekarang, aku akan hadapi. Aku menantangmu, ayolah segera tunjukkan batang
hidungmu”
Calon
Arang :” Empu Bharadah,
dimana bersembunyi rajamu. Hahahahaahha (mengejek)”
Empu
Bharadah :”Bidikkan panah itu ke
burung Garuda Calon Arang”
Ki
Kebo Wirang :”Baiklah !! tetapi
dimana keberadaan wanita itu !!! aku tidak melihat apapun di langit”
Empu
Bharadah :”Kau pancing kemarahan
Calon Arang, tantanglah dia”
Ki
Lembu Tal :”Hai engkau
Calonarang, kenapa engkau bersembunyi. Ayo turun, akan aku potong lehermu, akan
aku cincang engkau, bila perlu aku jadikan burung garuda panggang. Hai kau
Calonarang, kalau memang engkau sakti mengapa engkau bersembunyi di tempat yang
tinggi begitu. Kalau engkau mau,
kau boleh hisap pantatku”
Calon
Arang marah dan segera menyambar Ki Lembu Tal dan akhirnya terkena bidikkan
sehingga membuatnya tak berdaya.
Calon
Arang :”aaahhh!!! Kau
bharadah !!!! Biadab kau !!!!”
Dengan meninggalnya Ibu Calonarang maka
bencana gerubug (wabah penyakit) yang melanda Kerajaan Kediri bisa teratasi. Dan
inilah legenda cerita Calon Arang yang sampai saat ini ceritanya sangat
terkenal dan kuat di hati rakyat Bali.
SEKIAN....
MAAF APABILA ADANYA KESALAHAN KETIK ATAUPUN KESALAHAN KATA-KATA :)
terimakasih telah berkunjung :) :D
Ijin buat inspirasi ya kak
BalasHapus